Aku bukan cinderella
yang kehilangan sepatu kacanya. Aku juga bukan upik abu yang terenggut
keberuntungannya. Aku hanya si malang pemimpi. Bak putri tidur yang tak kunjung
bangun dari tidur panjangnya. Menanti sang malaikat surga membangunkan aku dari
mimpi palsu. Membuka mataku untuk menatap dunia semu yang tak kuharapkan.
Kisah ini begitu
ironis. Meski aku mengharapkan angan dengan seluruh sisa fikiranku, namun
dayaku lemah. Tak sanggup menahan hempasan realita. Naluri memaksa untuk bangun
menerobos kencangnya desauan jiwa. Namun aku terus terjatuh. Berjalan
tertatih-tatih menuju puncak.
Ku impikan anugerah
sayap-sayap kecih yang akan menerbangkanku ke surga. Takkan kubiarkan sayapku
patah sebelum aku sampai di sana.
Setelah aku bangun
nanti, aku sudah sadar bahwa aku berpijak di dunia nyata. Dan aku sudah dapat
melihat pintu suci surga, dan dapat menghirup bunga-bunga yang bertebaran.
Meski hidup tak memberi pilihan, aku masih bisa memilih di antara mimpi-mimpiku
yang kelabu.
Dan mendapatkan
tempat terindah bersama insan yang menjelma menjadi sang bidadari pembawa
mimpi.
0 komentar:
Post a Comment